Jumat, 25 Desember 2015

TEKNOLOGI, ANUGRAH ATAU KUTUKAN?

Perubahan Yang Terjadi Pada Indonesia 10 Tahun Belakangan Ini



  Indonesia, dewasa ini, sebenarnya sudah memiliki kemajuan yang sangat pesat mengenai perkembangan di bidang teknologi. Namun sayangnya, kualitasnya masih terbilang minim. Selain itu, warga masyarakat Indonesia belum menggunakan produk milik negaranya sendiri. Sehingga, teknologi Indonesia masih belum keren. Masih banyak masyarakat yang menggunakan produk luar negeri. Untuk saat ini, teknologi Indonesia bisa di bilang belum mendunia. Padahal pasar teknologi internasional sudah sejauh ini berkembang begitu pesat. Karena memang dasarnya teknologi itu berkembang dengan sangat cepat. Tanpa peduli resiko, tanpa peduli siapa penggunanya. Semuanya sudah memakai sistem yang berbasis teknologi canggih. Bahkan, untuk hal-hal terkecil. Indonesia belum bisa mengembangkannya di bidang teknologi. Masih banyak yang perlu di kembangkan. Termasuk di bidang teknologi ini. Indonesia masih perlu banyak belajar dari negara-negara tetangga. Seperti Jepang, yang anak-anak kecil umur 4-6 tahun sudah bisa membuat robot untuk kebutuhan membantu pekerjaan manusia. Contohnya saja, seperti handphone ataupun laptop. Banyak produk luar negeri seperti iPhone dan Android yang banyak di gemari masyarakat Indonesia. Sedangkan produk negeri ini sendiri seperti tidak ada harganya. Untuk aplikasi-aplikasi di Play Store juga kebanyakan orang luar yang membuatnya. Mengapa bisa terjadi seperti ini di negara yang kaya raya ini? Apakah kekurangan SDM? Tidak, justru perlu di asah saja kemampuannya. Bukan menjadi pekerja tetapi jadilah ahli di bidangnya. Seperti IT, analisis teknologi.


   Pertanyaannya untuk saat ini, apakah teknologi bagi perkembangan Indonesia dalam 10 tahun terakhir ini, merupakan sebuah anugrah atau kutukan?


    Kita misalkan saja, saat ini banyak orang yang tidak memperhatikan lingkungan sekitar mereka. Contohnya saja, ketika di dalam sebuah ruangan terdapat 2 orang. Mereka berteman baik bahkan mungkin masih terdapat hubungan darah. Mereka sama-sama mengenggam sebuah gadget. Apa yang Anda lihat ketika dua orang saling berdekatan tapi tiada percakapan yang terjadi di antara mereka. Semua sibuk, dengan dunianya sendiri. Okey baiklah, lalu bagaimana jika kesibukan mereka tergantung gadget mereka masing-masing? Semuanya terlibat di dalamnya, seakan-akan mereka sudah melakukan percakapan. Dengan yang jauh di sana melalui gadget mereka. Lihat, kesenjangan yang terjadi. Antara dekat dengan yang jauh dan jauh dengan yang dekat.

   Okey, itu yang pertama. Kedua,


  Banyak saat ini gadget telah disalahgunakan. Contohnya saja untuk anak-anak seusia dini, yang sudah bersinabung di dunia maya. Hanya dengan touch and click semuanya bisa jadi, berantakan atau lebih baik. Namun, sayangnya mereka kini tidak peduli orangtua bicara apa. Mereka lebih peduli memenangkan sebuah permainan atau melihat hal-hal yang anak-anak belum waktunya untuk melihat. Selain itu, kalau zaman dulu anak-anak berkumpul dengan teman-teman mereka dan bermain-main sampai sore. Hingga menangis jika tak punya teman, atau tidak bisa bermain lagi. Permainan yang biasa mereka lakukan ya seperti petak umpet, gobak sodor, kucing-kucingan. Pasti anak-anak desa masih mengenalnya. Namun, apa yang kita lihat sekarang? Anak-anak tidak lagi terlihat di sekitar perumahan. Bahkan mereka tidak lagi mengenal permainan zaman dulu yang terasa menyenangkan. Lihat, mereka semua sibuk dengan gadget mereka. Mereka pikir mereka sudah menang dalam sebuah permainan. Permainan omong kosong kataku.


   Okey, kita lihat sekarang pada anak remaja kita. Mereka dengan teknologi bisa lebih berpikir dewasa, Indonesia dengan para pemudanya yang cakap dengan teknologi bisa lebih maju. Tapi lihat, justru mereka terlalai dengan apa yang dihadapan mereka. Mereka bilang tidak keren kalau tidak punya hape android. Bisa buat selfie, bisa dengerin musik, main game, atau bahkan berinteraksi dengan banyak orang. Dan mereka melupakan orang-orang di sekitar mereka yang lebih membutuhkan mereka. Selain itu, kalau teknologi bisa membuat mereka lebih cerdas dengan mempelajarinya. Bagaimana teknologi itu bisa tercipta? Apa saja yang dibutuhkan dan lain-lain. Tapi, mereka hanya menggunakannya.


   Percuma, itu semua percuma saja. Lihat, negara-negara lain. Jepang, Singapura, Rusia bahkan Amerika. Mereka semua memanfaatkan teknologi, bahkan para pemuda-pemudinya menciptakan teknologi untuk negaranya sendiri. Bukan hanya menggunakannya. Dan hasilnya apa? Negara mereka semakin besar, maju dan canggih dalam teknologi. Selain itu, mereka bisa mengembangkan teknologi yang sudah ada. Tidak hanya menggunakannya saja dengan cuma-cuma. Itulah kenapa saya bilang teknologi bagi Indonesia merupakan kutukan.


  Okey, mungkin itu yang bisa saya tuliskan. Sekarang, tinggal tergantung kita saja. Bisakah kita mengaplikasikan teknologi ke dalam dunia Indonesia?
   

0 komentar: